Bingkai Prestasi
Tsunami Aceh Telah usai
Puing-puing kesesalan
Bak debu berhamburan
Kobaran api kesalahan
Mengikis habis puing-puing keberhasilan
Kini daerah itu terkenal
Akibat musibah dari tuhan
Tsunami runtuhkan moral
Keremehan agama membara
Tinggal kerdip lilin pintu peramal
Patah terbayang kelam terbaca
Kumpulan maksiat berterbangan
Seakan mengoyak jejeran pendidikan
Titisan biak-biak keberhasilan
Mengetuk adzan berkumandang
Derakan Cangkul dan sabit
Menjadi reguk busuk tenggelam
Merintis tetesan pijakan pengetahuan
Figuran perpustakaan kreditan
Meski bangunan sekolah
Rata dengan tanah
Batu sebagai kursi
Dan balok kayu sebagai meja
Tak memutus urat nadiku
Tuk mencetak prestasi
Lambayan gedung menjulang
Kepudaran ilmu terbuang
Sedu sedan lalu lalang
Menembus tebing kegelapan
Tak kuasa terdengar
Derakan nama ilahi
Seakan bumi mati suri
Dan pertiwi bisu berduri
Nyanyian angin pradigma
Deretan nada musik mengalir
Tepian bukit jadi pilihan
Karena tekadku telah bulat
Ujung nafasku telah tertali erat
Fikiranku telah terkunci rapat
Tuk mencetak prestasi
Ombak kabut menerjang
Sorak-sorak sang religi
Ikuti sisi penyelamatan
Mengeluncak darah
Tupat – pedat
Mengental – pekat
Tiupan trompet
Jadikan ajal mendekat
Dan dunia sepi akan prestasi
Aku
Ingin Tidur Nyenyak di Atas Mimpiku
Karya
: Mareta P. N.
Cahaya membayangi ingatanku
Kecilku merengek
Ditimang, diayun dalam sayangmu
Tak jemu menanti seuntai harapan
Kini
Hanyalah coretan tangisan
Jeritan dan dentuman
Tiada cerah nan
harapan
Derita di atas nestapa
Cucuran nestapa negeri ini
Membuat jiwaku lapuk
Hatiku tertawa pedih
Dalam keheningan yang bergoyang
Mengajakku ke lubang bungkam
Memandang santun dan biadap
Antara ya dan tidak
Seakan memandang batas langit dan bumi
Lebih baik berkata ya
Daripada tidak
Mengangguklah walau kurang mengerti
Walau tak mungkin matahari turun bersama
Tak ubahnya dongeng putri dan pangeran baik hati
Tak dapat kusembunyikan rasa iba
Kekhawatiran akan reruntuhan moral
Aku takut cerita perih negeriku
Aku ingin tidur nyenyak di atas mimpiku
KEMARAU
Coretan Pena : Husnul Khotimah
Bumi tak sehat lagi
Pancaroba kian menghantui
Seakan terkikis badai
Tsunami
Tertepis Hujan Zhenit
mengelabui
Bahkan saksi bumi terkunci
Panas suhu temperatur tinggi
Mengikis total segala iri
Batin yang panas
Ikuti laju syetan dibui
Kemarau
Penyakit solid petani
Mencetak tebing kehancuran
Bahkan upah tak bisa
kompromi
Kini mereka menangis.....
merintih.....
Serpihan kayu putih tanda
ilahi
Jeritan usaha
Bangunkan Dewa mentari
Tidaklah tuhan kendaki
Panas... Keringg...
Retakk... Pecah... Menguap...
MATI...
Lahan Kering
Karya: Husnul
Khotimah
Suatu fenomena alam
Kekeringan bak sahabat para lahan
Terhibur hembusan angin
Terhapus tebaran polusi
Dan terkikis genggaman petani
Semerbak bau tanpa wangi
Tampak ironis tiada helai
Perjuangan keras tanpa henti
Tapi takdir sang ilahi
Tak bisa ada yang nandingi
Jeritan tangis sang religi
Rintikan hujan bagai mimpi
Mimpi muhal para petani
Sosok baur bunga lili
Sudut pandang tak dibeli
Pijakan alas kaki
Gerakkan daun tanpa biji
Sehelaipun tiada arti
Sangat menyakiti
Bahkan mengrogoti
Fikiran para petani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar